Friday, September 6, 2013

Banana Cake "Ngoboy"

Yeeey, back to baking setelah lama vakum selama puasa dan lebaran. Seneng banget percobaan kali ini suksessss. Walaupun metodenya ngoboy, nggak terlalu ngikutin resep, eh malah hasilnya bagus. Emang sebenernya ini tipe kue antigagal sih, banana cake doang gitu loh.

Kue ini aku pilih dalam rangka menyelamatkan pisang tak termakan yang udah coklat-coklat kulitnya. Pisangnya sih cuma satu, tapi pantang dong buang-buang makanan. Bahan-bahannya aku ngikutin resep dari Simply Recipes, trus metode campur-canpurnya aku ngikut resep Banana Cake Nia NCC yang aku ambil dari sini. Tapi tanpa sengaja aku modifikasi sendiri berubung nggak cermat baca resep, jadi beberapa bahan yang mestinya dipisah malah langsung dicampur semua.

Ini dia resep ala aku. Nulisnya sambil nginget-nginget soalnya tadi asal cemplang-cemplung sih.

Bahan:
1 pisang, haluskan pake garpu
1/3-nya dari 1/3 cup minyak (nah lo berapa tuh, pokoknya kira-kira segitu deh)
1/3 cup gula pasir (trus dikurangi lagi sedikit karna takut kemanisan)
1 telur, kocok lepas
1/3 sdt vanilla bubuk
1/3 sdt soda kue (tapi kecampur baking powder sedikit gara-gara salah baca :p)
sedikit garam
1/3 sdt kayu manis (tapi kurang berasa ternyata) *yang ini tambahan dari aku sendiri
1/2 cup terigu serbaguna
Choco chips buat taburan

Cara membuat:
- Panaskan oven 180 derajat celsius.
- Campur pisang yang udah dihaluskan, minyak, dan telur.
- Di tempat terpisah, campur bahan kering (kecuali gula), ayak. Masukkan gula. (Aku tadi malah langsung campur semuanya, hahaha, barbar banget).
- Masukkan bahan kering ke bahan basah sedikit demi sedikit sambil diaduk pake spatula. Jangan overmix biar nggak bantat. Taburi choco chips.
- Tuangkan ke loyang yang udah diolesi margarin dan ditaburi tepung (jadi satu loyang loaf 6 x 13 cm). Kalau versiku, 20 menit pertama pake api bawah, selebihnya pake api atas.

Daaaan, yuhuuu kueku matang sempurna. Dengan permukaan yang coklat sesuai selera. Kuenya lembut dan nggak berat. Udah pas banget. Smoga selanjutnya juga pas, hehe. Sepertinya resep ini bisa jadi andalan soalnya nggak perlu pake mikser dan rasanya juga cihuy. Tinggal dimodifikasi lagi dikasih kacang-kacangan, kismis, atau keju. Yummy!

Oiya pas ngubek-ubek foto di komputer, nemu penampakan banana cake yang aku bikin nurut resep Simply Recipes, cuma tepungnya aku kurangin aja.Trus adonannya aku tambahin choco chips ama almond cincang.

Monday, September 2, 2013

Mmm-Mmm Blacky Brownies

Setelah (ngerasa) sukses dengan uji coba muffin, sekarang saatnya move on (alay banget). Tetep yang simpel-simpel dan tanpa mikser sih, yaitu brownies. Aku googling dengan kata kunci "no mixer brownie" dan keluarlah berbagai resep.

Menyesuaikan dengan bahan-bahan yang ada, aku pilih resep ini. Judulnya Mmm-Mmm Better Brownies. Tapi berhubung hasilnya jadi cenderung kehitaman, judulnya aku ganti semena-mena jadi Mmm-Mmm Blacky Brownies, hehehe.

Bahan:
1/2 cup minyak sayur

1 cup
gula kastor
1 sendok teh
vanilla extract (aku pake 1/2 sdt vanilla bubuk)
2
telur
1/2 cup terigu serbaguna

1/3 cup
cokelat bubuk
1/4 sendok teh
baking powder
1/4 sendok teh
garam
1/2 cup
walnut (aku ganti meises dan kacang tanah cincang)

Cara membuat:
Panaskan oven 175 derajat celsius. Olesi loyang dengan margarin dan taburi tepung.
Aduk rata minyak, gula, dan vanilla. Masukkan telur. Di wadah terpisah, campurkan tepung, cokelat bubuk, baking powder, dan garam (kalau aku, campur dan ayak).
Masukkan sedikit demi sedikit ke adonan telur, aduk rata. Masukkan bahan campuran (meises dan kacang cincang). Aduk rata. Tuang ke loyang.
Oven sampai 20-25 menit.

 
Barusan ngeliat videonya, ternyata ngocok telur, minyak, dan gulanya pake mikser dooong, hahahaa. Sementara aku dengan pedenya maen aduk-aduk doang pake whisk. Hasilnya sih mateng-mateng aja, teksturnya beremah. Entah karena kelamaan atau suhu ovennya kepanasan, dalemnya nggak ada efek-efek fudgy-nya sama sekali. Rasanya, kalau menurut temen-temen udah nyoklat, cuma kacangnya kurang garing karena emang nggak kusangrai atau oven sebelumnya.

Hmm, berarti akan ada episode berikutnya. Nantikan yaaaa :)

Sunday, July 28, 2013

Best Ever Chocolate Custard Muffin for My Best Friend

Udah lama liat postingan Mbak Hesti soal muffin cokelat yang katanya uenakkk ini. Udah banyak juga yang mraktekin dan semua bilang muffin ini beda. Lembut dan nyoklat banget. Udah pengen nyoba, tapi berubung lagi sibuk sana-sini (sibuk-sibuk nggak penting gitu deh sebenernya), baru kesampean awal Juli kemaren.

Kebetulan sahabat baikku ulang tahun. Kesempatan bagus buat nyobain resep ini. Resep detailnya ada di blog Mbak Hesti ya, silakan meluncur ke sini.

Aku udah browsing sana-sini sebelum nyoba bikin, biar hasilnya sempurna. Eh tapi tetep aja ada kesalahan teknis. Pas bagian manasin campuran maizena, cokelat bubuk, air, dan gula palem harusnya sampe adonan meletup-letup dan licin nggak bergerindil. Karena panik (kebiasaan buruk yang belum ilang-ilang), begitu adonan udah mulai kental (meski belum meletup-letup) pancinya langsung aku angkat. Takutnya kebablasan trus malah nggak jadi.

Mungkin itu yang bikin hasil akhir muffinku nggak seperti punya Mbak Hesti yang retak-retak dengan cantiknya. Muffinku matang kek cupcake, datar tanpa retakan. Rasanya sih enak. Teksturnya lembut dan rasanya nyoklat banget. Hanya terlalu manis aja buatku meski gulanya udah dikurangi dari takaran di resep.

Well, tapi nggak terlalu mengecewakan lah. Biar agak cantik, aku olesi atasnya pake selai cokelat kacang (di minimarket lagi nggak ada yang cokelat), plus ditaburi sprinkle warna-warni. Daaan, jadilah kue ulang tahun jadi-jadian, hahahaha. Happy birthday my best friend! Wish you all the best, all the sweetest :)

Friday, June 28, 2013

Muffin Lemon Keju

Lagi demen lemon nih. Bukan karena abis ikut seminar kesehatan tentang food combining ala Erikar Lebang loh. Kalow dia kan menyarankan untuk detoks segelas air putih + perasan satu buah lemon setiap pagi. Pernah nyoba sih sekali, tapi yang begitu-begitu beban psikologisnya berat euy, berasa minum obat Harus pelan-pelan kali yah.

Sebagai permulaan, targetnya berusaha nggak selalu minum kopi tiap pagi. Sekarang diselingi lemon tea. Dan biar nggak kebanyakan gula, kadang gulanya diganti madu, atau setidaknya gula plus madu.

Nah, ngomongin soal lemon, keknya seru juga tuh bikin kue yang mengandung lemon. Kebetulan sebelumnya pernah browsing resep kue yang pake poppy seed, dan rata-rata poppy seed itu dipake di kue-kue berlemon. Cucoklah.

Jadi sebelum poppy seed-ku kedaluwarsa dan mumpung dapet lemon bagus-bagus di pasar Palmerah dan sebelum kesibukan akhir pekan melanda, berkreasilah aku.

Resepnya aku nyontek dari Sarang Japati dengan beberapa modifikasi ala aku.

Bahan:
2 cup tepung terigu terigu serbaguna
1 cup gula pasir (dikurangi)
2 sdt baking powder
1/2 cup (1 stick) mentega, lelehkan (pakai margarin)
3/4 cup susu cair
2 butir telur
2 sdt parutan kulit lemon (dikurangi sedikit karna males marut hehe)
1/4 cup air jeruk lemon segar
1/2 cup (atau lebih) semisweet choco chips (diganti keju yang diserut kasar)
poppy seed secukupnya (resep aslinya gak pakai)

Cara membuat:
Siapkan loyang muffin isi 12, lapisi dengan paper cup.
Set oven dengan suhu 375o F

1. Campurkan terigu, gula dan baking powder dalam wadah berukuran sedang, aduk rata, sisihkan.
2. Kocok (cukup dengan kocokan kawat) telur, mentega cair, susu, air jeruk lemon serta parutan kulit jeruk.
3. Setelah rata, masukkan adonan tepung, aduk sampai rata (jangan overmix)
4. Masukkan keju serut, aduk secukupnya.
5. Tuang ke dalam cetakan muffin (paling bagus menggunakan sendok es krim atau sendopk khusus cookies).
6. Taburi permukaan muffin dengan gula pasir.
7. Panggang dalam oven selama 22-24 menit atau sampai matang.
8. Biarkan selama 5 menit dalam loyang, setelah itu, angkat dan dinginkan di rak.

Aku cuma bikin setengah resep aja, jadi 6 cup muffin standar. Pas dioven harum lemonnya segeeeer banget. Hasil akhirnya juga cantik walaupun nggak menjulang dan merekah. Jadi kek permukaan butter cake biasa gitu.

Pas dicicipin, asem lemonnya pas, tapi manisnya masih agak berlebihan. Buat yang suka manis sih mungkin pas. Tapi karna aku nggak terlalu doyan yang manis-manis, menurutku takaran gulanya masih perlu dikurangi.

Thursday, June 27, 2013

Cute and Colorful Monster Cookies

Lama nih nggak ngeblog, padaal bikin kue tetep jalan loh walopun lagi nggak terlalu rajin. Hmm, baiklah. Sekarang intermeso sedikit ya, temanya tentang kue kering. Ini berawal dari browsing resep kukis tanpa mikser. Aku nemu blog kereeen banget, Sally's Baking Addiction. Fotonya keren-keren, resepnya asik dan (kelihatan) gampang-gampang. Trusss, banyak resep yang nggak perlu pake mikser. Bebas ribet deh. Thanks a bunch Sally. I'm really addicted to your awesome blog :) Simple recipes, clear explanation, and great pictures. It's just perfect.

Kukis yang aku bikin kali ini judul aslinya One Giant Monster M&M Cookie. Meluncurlah ke sana buat ngeliat resepnya langsung. Dijamin ngiler-ngiler deh. Satu resep itu bisa untuk satu kukis besar. Tapi versiku kubikin lebih imut, satu resep bisa buat 6 kukis berdiameter sekitar 8 cm. Tapi buletannya kurang sempurna karna aku maksain si kukis berdesak-desakan di loyang. Jadi jaraknya kurang lebar gitu.


Untuk bahannya sendiri, seperti biasa aku modif sesuai yang ada. Aku ganti mentega sama margarin cookie and cake. Trus choco chip-nya aku ganti cooking chocolate yang aku potong kecil-kecil. M&M-nya juga aku ganti pake Cha-Cha... huehehee, ngirit.com.

Kalau aku baca di blog Sally, kukis ini tekturnya lunak (soft), bukan model crunchy. Jadi aku lamain aja manggangnya biar lebih crunchy. Eh setelah lama ditunggu-tunggu teksturnya masih tetep. Akhirnya kuangkat aja karena takut gosong juga. Setelah dingin sempurna kukisnya jadi firm, tapi tetep kalow digigit lunak.

Rasa kukisnya enggak terlalu manis, tapi kalow gigitnya pas kena cokelatnya, jadi manis buanget. Menurutku jadi terlalu manis. Kalau bikin lagi keknya cokelat salut gulanya mesti diganti ama choco chips yang semi sweet atau dark sekalian kali yah.

Wednesday, May 15, 2013

Muffin Cokelat Keju Yuhuuu...

Selalu ada berkah di balik usaha tak kenal lelah. Haiyah, apaan sih ini sok serius banget. Tapi beneran serius, kalau kemaren aku bikin muffin dengan hasil not so bad, kali ini bikin lagi dengan resep berbeda, hasilnya much more better loh. Bisa dibilang ini the best i've ever made. Senangnya akuuu.

Hari Senin, berubung dapet libur yang nggak disangka-sangka tapi lagi nggak mood ke mana-mana, jadi ya di rumah aja. Tapi bukan cuma glundang-glundung di kasur loh. Aku cukup produktif kok. Pagi-pagi udah sibuk pemotretan buat lomba foto lucu-lucuan tentang behind the scene dapur masing-masing, yang diadain sama program masak-memasak Urban Cook di KompasTV. Yang kusebut dapur di sini dapur abal-abal sih, karena tempatnya bukan di dapur. Sebenernya ada sih dapur kecil, tapi cuma cukup buat kompor dan perlengkapan ala kadarnya. Nggak bisa naruh-naruh oven dan aksesori baking di sana.

Jadi, aku punya "dapur" khusus untuk baking. Tempatnya di sudut ruang tamu yang sudah beralih fungsi jadi ruang serbaguna. Hahaha, penasaran kan? Udah ah nggak usah dibahas. Yang jelas, walaupun tempatnya agak ajaib, yang penting aku bisa berkarya menyalurkan hobi. Soalnya hidup tanpa hobi itu ngeri loh. Bisa bikin kita cepet setres, cepet tua. Serem kaaaan. Kalau punya hobi kan hidup jadi terasa lebih hidup.*Ngomyang dewe*

Kelar pemotretan, sibuk ngedit foto dan upload ke FB dan Twitter. Abis itu, berkreasi lagi dong. Bikin muffin buat lomba foto di Masak Apa Detikfood (yang belum nge-like, ayo dong buka link-nya dan like foto muffinku hehehe, biar aku menang). Resepnya diambil dari situ juga. Nah biar gampang dan masih tematis soal muffin, aku pilih muffin cokelat keju. Resep dan video cara bikinnya klik di sini ya.

Hasilnya memuaskan banget! Muffinnya bisa mengembang cantik dan presisi, enggak miring separuh kek sebelumnya. Teksturnya bagus, padat tapi agak beremah, tapi nggak kering juga. Sepertinya bakal lebih enak kalow adonannya ditambah cacahan dark cooking chocolate atau meises biar lebih nyoklat, trus kejunya pake keju quick melt yang diparut biar lebih merata rasa kejunya. Tunggu edisi modifikasinya yaaaa :)

Monday, May 13, 2013

Basic Muffin: Not the Best, but Not So Bad

Muffin lagi. Muffin lagi. Muffin teruuus. Yak, ini emang masih edisi muffin. Jadi jangan bosen ya, selama belum menghasilkan muffin yang sempurna, aku belum mo berenti nyoba. Artinya juga, blog ini masih akan dipenuhi dengan cerita-cerita seputar muffin.

Nah, kalau mau jadi tester boleh daftar loh. Mo belajar bareng juga hayok. Yang punya resep muffin cihuy, boleh dong ngasih tau... hehehe.

Sebenernya udah ada dugaan kuat kenapa muffinku selama ini masih begini-begitu. Kalau nggak bantet, ya mengembang tapi permukaannya malah mengilap. Pernah juga isiannya tenggelam ke dasar cup. Dugaanku, suhu ovenku kurang panas. Walopun udah diset di angka 200 derajat celsius, misalnya, kemungkinan besar suhu sebenernya kurang dari itu.

Demi ngebuktiin kecurigaan itu, kemaren aku beli termometer oven di Ace Hardware. Dan hari ini nggak sabar pengen nyobain, dong. Tadinya cuma dipasang di oven kosongan doang. Tapi trus gatel pengen bikin muffin. Soalnya paper cup yang aku beli di Titan itu belum pernah dipake juga. Browsing-browsing resep dengan kata kunci "best basic muffin recipe", keluarlah resep dasar muffin yang diklaim "best ever" di Allrecipes.com, di sini nih resepnya. Takarannya pake cup pula, jadi simpel deh. Kalau mau bikin setengah resep, tinggal ubah aja di kolom serving. Ntar keluar takaran untuk setengah resep. Jadi kita nggak usah sibuk ngitung lagi. Eh tapi aku taunya soal ini telat sih.

Mumpung lagi rajin, ini aku salinin resepnya:

Bahan:
2 cup
tepung terigu serbaguna
3 sdt
baking powder
1/2 sdt garam

3/4 cup
gula pasir
1
telur
1 cup
susu
1/4 cup
minyak sayur

Cara membuat:
- Panaskan oven 10-15 menit dengan suhu 205 derajat celsius (aku panasinnya sekitar 20 menit).
- Campur tepung terigu, baking powder, garam, dan gula pasir. Buat lubang di tengah.
- Di wadah terpisah, campur susu, minyak, dan telur yang dikocok lepas.
- Masukkan bahan cair ke bahan kering sekaligus. Aduk dengan spatula asal tercampur.
- Untuk variasi bisa ditambahkan apa aja, choco chips, kismis, stroberi, dan laen-laen sesuai selera.
- Tuang di loyang muffin atau cup kertas (aku pake cup kertas).

Karena pake cup kertas jumbo, setengah resep cuma jadi 3 cup doang. Oke muffin siap dioven. Ngecek oven, setelah dipanasin sekitar 20 menit, ternyata suhu 200 derajat di oven hanya setara dengan 140 derajat di termometer. Alamak, kok jauh bener ya. Akhirnya nggak percaya dua-duanya. Jadi diset 220 derajat dengan asumsi ngawur itu setara dengan 180 derajat.

Setelah 20 menit dioven, adonan belum juga naek signifikan. Hmm, sepertinya ini akibat panas yang kurang dan cup yang terlalu besar. Saatnya menggunakan ajian pamungkas: api atas dan bawah dinyalain sekaligus. Suhu juga aku maksimalin ke angka 250 derajat, yang entah itu setara berapa. Setelah 10 menitan, mulai naik tuh adonan muffinnya. Mungkin karena terlalu panas, menggunungnya rada asal-asalan. Agak miring gitu deh. Retaknya juga kurang cantik dan bikin choco chips agak mbleber. Sampe-sampe pas aku posting foto di FB, temenku ada yang komen, "kok kulitnya mengelupas?".

Huaaa, belum sempurna lagi. Kalau di foto tampak baik-baik, ya itu berarti aku sukses menyembunyikan bagian-bagian yang nggak simetris demi foto yang agak enak dipandang. Hehee.

Tapi di luar penampakannya yang masih kategori not so bad, alih-alih best ever, tester setiaku bilang, muffinnya enak. Rasanya pas, nggak terlalu manis. Teksturnya bagus juga. Padat tapi tetep empuk. Sejauh ini, menurut dia, ini yang terbaik. Wah jadi terharu dan makin semangat buat bikin yang lebih sempurna :) Mulai sekarang, nggak usah terlalu percaya sama angka yang tertera di termometer oven dan di ovennya. Pake ilmu kira-kira aja deh... Hyuuuk.

Tuesday, May 7, 2013

Choco Chip & Almond Blondies: Nyaris Gagal tapi Berhasil

Blondies. Resep ini udah aku liat di majalah Femina edisi beberapa bulan lalu, tapi kemaren muncul di websitenya. Blondies itu apa sih? Apanya brownies? Di majalah Femina disebutin, blondies itu "temen deket" brownies. Yang membedakan, blondies pakai brown sugar. Brown sugar itu gula pasir yang dibubuhi molases (sisa pemurnian gula). Warna brown sugar juga kecoklatan, tapi nggak secoklat palm sugar (gula palem). Nah, warna coklat di blondies itu didapet dari si brown sugar itu, bukan dari cokelat. Kalaupun ada resep blondies pake cokelat, yang dipake cokelat putih.

Dibaca-baca lagi resepnya. Yuhuuu, bahan-bahannya ada semua di rumah. Kebetulan abis beli loyang brownies, spatula silikon, sendok ukur, dan kuas silikon baru. Cocok deh. Nyobain resep baru sekaligus nganyari pernik-pernik baru :))

Satu resep bisa jadi satu loyang brownies ukuran 30 cm x 10 cm. Aku cek loyangku, masing-masing ukuran 15 cm x 10 cm. Dua loyang bisa masuk di otrik imutku. Oke, jadi bisa bikin satu resep sekaligus. Satu loyang buat di rumah, satu lagi buat sahabat yang mau aku kunjungi besok.

Bahan basah:
    250 g brown sugar (aku pakai gula palem, tinggal punya sekitar 220 g)
    100 g mentega tawar, lelehkan (aku pakai margarin Blue Band Cake & Cookie)
    2 butir telur ayam, kocok lepas
    1 sdt vanili bubuk

Bahan kering:
 
   200 g tepung terigu serbaguna
    ½ sdt baking powder
    ½ sdt garam

Taburan:
 
   100 g cokelat keping/chocolate chip (gak ditimbang)
    50 g almond keping (gak ditimbang juga)

Cara Membuat:
Bahan basah: Campur semua bahan menggunakan whisk hingga rata. Sisihkan. Jangan aduk terlalu sering atau menggunakan mikser.
Bahan kering: Campur semua bahan kering hingga rata. Masukkan ke dalam bahan basah sambil diaduk perlahan hingga rata.
Masukkan cokelat keping dan almond, aduk lipat menggunakan spatula silikon. Tuang ke dalam loyang persegi panjang ukuran 30 cm x 10 cm yang sudah diolesi mentega dan ditaburi tepung (aku pakai kertas roti yang diolesi margarin). Ratakan.
Panggang dalam oven panas bersuhu 180 derajat celsius hingga matang (± 30 menit), keluarkan. Setelah tidak panas, potong-potong. Sajikan.

Dalam setiap episode baking-ku pasti ada cerita (baca: tragedi) tersendiri. Kali ini juga begitu. Pertama, kakiku sempet nyenggol mangkok bahan kering yang udah kuayak. Untung yang tumpah cuma sedikit. Jadi aku tambahin aja terigu satu sendok.

Yang kedua lagi-lagi soal oven. Di resep disebutin kue dio

Sempet agak panik tuh, mana udah bikin satu resep. Tapi aku inget kata-kata seorang temen di FB, walaupun ada tanda-tanda kue bakal gagal, kita nggak boleh panik. Tanpa pikir panjang, suhu aku naikin di angka 220 derajat celsius, dan aku setting api bawah ama atas sekaligus.

Setelah ditunggu beberapa menit, taraaaa, kuenya naek! Legaaaa, banget. Setidaknya kuenya ntar bisa dimakan, hahaha. Setelah ditunggu lebih lama lagi, mulai muncul lapisan mengilap kek di brownis Primarasa Bandung. Wuuuiih, tambah seneng. Pas dites tusuk pake lidi, lidi bersih. Artinya kue udah mateng. Yeeeeeiiiy, horeee, kuenya mateng. Kalow diitung-itung sih waktu manggang yang diperlukan jadi hampir dua kali lipat. Efeknya paling tagihan listrik sedikit melonjak. Tapi tak apalah, insya Allah masih bisa bayar. Apalah itu dibandingkan dengan kelegaan hati ngeliat kue yang hampir gagal akhirnya mateng dengan sukses :) Hehehe.

Tadi nowel sedikit pas kue masih agak anget. Permukaannya bagus, rata, kering mengilap, dengan sedikit retakan khas brownies. Dalemnya agak basah, kalow digigit sedikit chewy/kenyal (tapi bukan kenyal permen karet loh ya). Menurutku dengan gula yang nggak nyampe 250 gram, itu udah kemanisan. Jadi laen kali kalow bikin lagi mesti dikurangi takaran gulanya. P
as udah bener-bener dingin teksturnya emang kek brownies panggang yang permukaannya garing tapi dalemnya masih sedikit basah. Karena manis, sebaiknya dipasangin ama teh tawar ajah.

Oiya, aku sempet nge-tweet foto blondies ini ke Twitter Femina, dan dibales loh... hehehe.

Monday, May 6, 2013

Bersenang-senang di Titan, Bokek Kemudian

Huaaaa, akhirnya hari Sabtu datang juga. Bulan lalu, rasanya libur hari Sabtu atau Minggu itu jadi barang langka. Jadi begitu dapet libur Sabtu perasaanku campur aduk, seneng plus bingung. Hahaahaa. Sebenernya agenda awalnya janjian mau nengok teman di RSCM, tapi ternyata dia udah boleh pulang. Alhamdulillah.

Oke, harus cari alternatif. Aku trus SMS seorang teman ngajakin pergi ke mana ngapain bersama. Tapi dianya berhalangan juga. Ya wes, planning C-nya adalah beberes rumah (ngepel dan nyuci) Iiihh, nggak elite banget ya *putusasa.com*. Udah susah-susah dapet libur normal, tetep wae nggak bisa ketemu orang normal. Kasian.

Lewat tengah hari, selese ngepel di mana sempet ada insiden aku ketiban kasur, mulai mikir lagi sebaiknya pergi ke mana. Sayang kan libur nggak ke mana-mana. Lalu dapet ide: pergi ke Titan! Buat yang belom tau, Titan itu salah satu toko perlengkapan kue idaman para pencinta baking di Jakarta. Konsepnya swalayan segala ada. Sekalinya masuk ke toko itu, keluarnya pasti nenteng macem-macem, hehe. Tokonya lumayan jauh dari rumah. Perlu komitmen yang kuat deh untuk mengarungi (hadoh, bahasanya) rute yang padet dan macet itu.

Dari rumah di kawasan Pos Pengumben sampe Fatmawati sebenernya cuma perlu dua kali naek metromini. Pertama kali naek metromini nomer 70 Joglo-Blok M. Turun terminal Blok M dan lanjut naek metromini S610 Blok M-Pondok Labu. Tapi dengan bonus jalanan macet, ngelewatin sekian lampu merah, plus ngetem-ngetem jadinya ya lumayan deh.

Tapi naek metromini itu seru. Selain sopirnya yang terkenal ugal-ugalan, serobot sana-sini, banyak hiburannya juga. Mulai dari tukang ngamen, pedagang minuman dingin, pedagang tisu, sampe pedagang aneka aksesori rambut seharga 1.000-an. Pengamennya pun macem-macem. Ada pengamen galau yang di "pidato" pembukaannya izin ngamen buat makan, tapi di lirik lagunya dia bilang ngamen bukan buat minta makan, melainkan sekadar berdendang. Ada juga mbak-mbak yang nyanyi lagu Jawa dengan suara ala kadarnya. Ada lagi dua mas-mas, yang satu "drummer", satu lagi gitaris sekaligus vokal. Keren loh nyanyinya. Yang ini niat, nyanyinya satu lagu full, "Menjaga Hati"-nya Yovie and Nuno. Trus ada pengamen anak-anak yang pake berantem dulu soal siapa yang duluwan ngamen.


Singkat cerita (eh sebenernya panjang, hampir 1 jam perjalanan), sampailah di Toko Titan. Nggak kayak kunjungan pertama yang pake nyasar tralala, kali ini aku langsung berenti tepat di seberangnya. Begitu masuk, ada yang beda. Tempatnya lebih terang, bersih, dan tertata. Mereka berbenah rupanya. Tujuan utamaku nyari cup kertas warna-warni buat bikin muffin atau cup cake, jadi yang pertama kutuju ya bagian itu. Lucu-lucuuuu banget. Sayangnya yang dikemas kecil-kecil nggak banyak pilihan motif. Mau beli yang kemasan isi banyak sekalian, entar bosan motifnya itu lagi itu lagi. Setelah pilih sana-sini, dapetlah beberapa motif.

Lalu ngeliat-liat loyang. Kebetulan ada temen nitip loyang bulat bongkar pasang, tapi lagi kosong. Titipan nggak ada lha kok malah aku yang pengen. Hihi. Aku beli loyang brownies, loaf, dan loyang datar. Semuanya dalam ukuran yang imut, mengingat ovenku mungil.

Selesei di bagian loyang, pindah ke bahan-bahan kue. Di sini sukses menuhi keranjang belanjaan dengan tepung komachi buat bikin roti ala Bread Talk/donat JCo, choco chips, almon iris, almon bubuk, bubuk teh hijau (biar tetangga nggak penasaran lagi), jahe bubuk, sana poppy seeds juga *mulai di luar kendali* :)) 

Petualangan masih berlanjut, ngelongok ke bagian pernik-pernik macam spatula dan kuas. Nyomot spatula warna pink, kuas imut warna biru, dan sendok ukur warna-warni. Oh iya, sama parutan keju mini. Trus liat  kertas roti, ngambil juga. Aiiih, kok banyaaakkkk? *panik*

Dari situ bergeser sedikit ke aneka perlengkapan merek Wilton dan merek-merek laen. Lucu-lucu, bagus-bagus, beruntung harganya mahal jadi nggak beli :p Ngeliat macem-macem hiasan cake, mulai dari sprinkle aneka warna, bunga-bunga jadi berbagai ukuran, sampai tulisan "Happy Birthday", sempet pengen juga tapi sepertinya nggak perlu-perlu amat. 

Sekitar jam 6, barengan ama azan maghrib, aku sudahi acara belanja-belanji. Keranjang belanja aku titipin dulu di kasir, trus numpang shalat di lantai 2. Lumayan banget ada tempat shalatnya, walopun mukenanya kurang bersih. Jadi, kalau berencana ke Titan dan bakal melewati waktu shalat, mending bawa mukena sendiri.

Abis shalat aku cepet-cepet ke meja kasir tanpa tolah-toleh lagi, takut ngambilin ini-itu. Saatnya membayar! Daaan, yaaak... jumlahnya membuat jatah belanja bulan ini merosot drastis mendekati ambang batas. Tapi selalu ada alasan dan pembelaan. Deket rumah nggak ada TBK yang lengkap. Kalo pas pengen baking bahan-bahannya nggak lengkap, kan bete. Dah gitu loyang-loyang dan perlengkapan laen berguna buat pemakaian jangka panjang. Itung-itung investasi kalo ntar punya rumah sendiri :) 

Jadi begitulah petualanganku di Titan. Sekarang aku bokek, tapi senang punya "tabungan" bahan dan perlengkapan bikin kue, hehe. Ayo sapa mau bikin kue bareng?

Penampakan toko dan produknya, buka situs web Titan Baking, kemaren nggak bisa foto-foto soalnya nggak bawa kartu memori. Buat yang males ke sana, bisa pesen online loh. Kalau pengen belanja langsung atau ikutan kursus, aku tulisin alamatnya di bawah ini.

Titan Baking

Jl. RS Fatmawati no 22A
Cilandak Barat
Jakarta Selatan 12430
Telp: +6221-7692329
Faks: +6221-7668137

Friday, May 3, 2013

Muffin Cokelat Kismis Almond: Mulai Bersahabat dengan Otrik

Masih dengan peralatan seadanya, salah satu resep yang bisa sering-sering dijajal tentu saja muffin. Setelah muffin kismis yang gagal beberapa waktu lalu, aku bikin lagi muffin dengan resep dari Dapur Hangus. Perasaan udah ngikutin takaran dan caranya, tapi hasilnya jauuuuuh beda. Kalau muffin Dapur Hangus bisa menggunung dan retak-retak di bagian atasnya, muffinku mogok ngembang. Jadi tingginya ya segitu-gitu aja, boro-boro menuhin aluminium foil (maksa nih, karena nggak ada paper cup dan loyang muffin).

Hasil akhirnya malah mirip kue lumpur. Bedanya, tekstur kue lumpur kan lembut tuh, kalow muffin gagalku itu keras bantat gitu deh. Walaupun secara rasa enggak ada yang ajaib alias normal-normal sajah. Bayangkan aja ya, soalnya aku maluuuu mo majang di sini. Saking malunya, sampe nggak mau motret juga.

Berhubung penasaran plus kesel masak bikin muffin aja gagal, padaal dulu pake oven tangkring pernah sukses bikin muffin tape, aku bertekad nyoba lagi sambil browsing-browsing tips membuat muffin yang baek dan benar. Sebenernya tipsnya di mana-mana hampir sama. Intinya, muffin itu kan mencampur bahan-bahan kering dengan bahan-bahan basah. Ngaduknya enggak usah pake mikser, pake sendok atau spatula aja. Mengaduknya pun sekadarnya, asal tercampur.

Berbekal tips n trick tadi, plus resep muffin dari Sexy Chef (bukan Farah Quinn ya) yang bentuknya lucu kek jamur dengan retakan-retakan di atasnya, di suatu pagi di mana aku kelebihan energi, aku pun membuat muffin lagi. Bahan-bahannya aku sesuaiin ama yang ada di rumah.

Daaaaan, inilah hasilnyaaaaa...! Berhasil dooong. Meskipun menggunung dan meretaknya kurang maksimal akibat kurang penuh ngisi cetakannya, setidaknya muffinku mengembang dengan baik. Tekturnya juga khas muffin, padat tapi nggak bantat. Manisnya juga pas. Enak deh pokoknya.

Berikut resep aslinya:

Bahan:


Bahan kering
▪ 220 gr tepung terigu protein sedang
▪ 40 gr cokelat bubuk
▪ 1 sdm baking powder
▪ 200 gr gula pasir halus
▪ 1 sdt garam

Bahan basah
▪ 2 telur
▪ 120 gr susu
▪ 60 gr minyak sayur

Isi
▪ 100 gr kacang mede cincang/kacang tanah
▪ 40 gr havermut
▪ 100 gr kismis


Aku bikin setengah resep aja dengan takaran cup dan sendok makan. Versiku jadi begini:


Bahan kering
▪ 3/4 cup tepung terigu protein sedang (dikurangi sedikit)
▪ 3 sdm cokelat bubuk
▪ 1/2 sdm baking powder
▪ 5 sdm gula pasir halus
▪ 1/2 sdt garam

Bahan basah
▪ 1 telur
▪ 60 ml susu
▪ 2 sdm minyak sayur

Isi
▪ almond dicincang kasar
▪ kismis

Cara Membuat:

■ Ayak bahan kering tepung: baking powder, gula pasir halus, garam. Sisihkan.
■ Di tempat lain, campur bahan basah: telur, susu, minyak.
■ Tuang campuran telur dan kawan-kawan ke campuran tepung, lalu aduk rata.
■ Aduk hingga campuran tadi tercampur rata.
■ Masukkan bahan isi, aduk lagi hingga tercampur rata.
■ Tuang adonan ke cetakan muffin yang sudah dioles mentega dan ditaburi tepung (aku pake aluminium foil bulat kecil yang biasa buat klappertart).
■ Oven selama 20-25 menit.

Karena aku masih dalam rangka pengenalan diri dengan oven listrik (otrik)-ku, aku coba dengan suhu 220 derajat celsius karena pas percobaan muffin terakhir udah aku set panas 200 derajat celsius tapi nggak ngembang juga. Takutnya karena kurang panas.

Panas 220 derajat celsius untuk muffin kali ini sepertinya pas. Tapi waktu manggangnya lebih lama, 35 menitan. Itu pun masih aku tambah dengan sekitar 10 menit nyalain api atas tapi pakai suhu 160 derajat celsius biar permukaan lebih kering. Yippie, nggak kesel lagi:)

Saturday, April 13, 2013

Cinnamon Roll Pucat Pasi

Sebenernya udah lama pengen bikin cinnamon roll. Bayangin wangi gula palem bercampur kismis dan kayu manis... pasti makyus banget. Aku baca-baca resepnya seperti biasa di blog Mbak Hesti. Trus kemaren Dek Isti, adek kelas SMA, posting cinnamon roll bikinannya di FB. Bahan-bahannya lebih simpel daripada resep Mbak Hesti. Wah makin menjadi-jadi deh penasarannya untuk bikin roti ini. Apalagi dulu sempet pengen nyobain cinnamon roll deket kantor Bandung yang katanya enak, tapi gak kesampean juga sampe pindah ke Jakarta.   

Okeeee mari kita mulai bikin. Bahan-bahannya ikutin Dek Isti, trus cara pembuatannya nyontek Mbak Hesti. Termasuk ragi yang dikembangin dulu di air hangat sebelum dicampur di tepung dan diuleni.

Bahan:
200 gram terigu protein tinggi (untuk roti)
1 butir telur 4 gram (1,3 sdt) ragi (misalnya Fermipan)
20 gram gula
3 gram garam
20 gram mentega (aku pake margarin)
100 ml air hangat

Isian:

Mentega/margarin cair buat ngolesi permukaan adonan cinnamon roll sebelum digulung
Gula palem
Kismis
Kayu manis bubuk

Olesan:

Kuning telur dan susu cair

Cara bikin:
* Campur tepung terigu dan gula. Di tempat terpisah, rendam ragi dengan air hangat sampai mengembang. Abis itu campur dengan adonan kering dan telur, uleni.
* Masukkan air hangat sedikit demi sedikit sambil terus diuleni. Terakhir masukkan garam dan mentega/margarin, terus uleni sampai kalis dan elastis. Kalau nguleninya pake tangan, ya kira-kira tandanya sampe tangan kram atau encok gitulah. Hehehehe, ngaco!
* Buletin adonan, diemin di wadah yang ditutup serbet lembab atau plastik. Tunggu sampai mengembang dua kali lipat.
* Setelah mengembang, kempeskan dan pipihkan adonan di atas talenan yang udah dioles sedikit mentega/margarin (kalow aku tak taburin sedikit tepung). Olesi permukaannya dengan mentega (aku ga pake oles-oles), trus taburi gula palem, kismis, dan kayu manis bubuk).
* Gulung, lalu potong-potong dan tata di atas loyang yang udah diolesi mentega/margarin.
* Tunggu sampe mengembang dua kali lipat. Olesi dengan bahan olesan, oven dengan suhu 200 derajat celsius 10-15 sampai kuning kecokelatan.

Yang terjadi denganku, ternyata aku melewatkan tahap mengoles roti dengan campuran kuning telur dan susu sebelum dioven. Alhasil, roti yang udah kupanggang di suhu 200 derajat celsius dan lebih lama dari waktu yang tertera di resep, tetep aja pucat pasi. Nggak bisa kuning kecokelatan seperti di bakery-bakery. Padaal, olesan itu konon menurut Dek Isti dan temen sebelahku di kantor  berfungsi memberi efek kuning kecoklatan pada roti. Yang kulakukan adalah mengoles roti yang udah mateng dengan margarin. Itu aku baca dari resep cinnamon roll mana, aku lupa. Begini ini kalow contek sana-sini, bingung sendiri.

Tekstur rotinya sendiri empuk, rasanya juga enak. Roti yang kalow dimakan begitu aja tawar berpadu manis dengan manis gula palem, manis-asem kismis, dan wangi kayu manis.
Tapi nggak tau ya kalow dimakan besoknya. Hehe. Yaaa, walopun belum bisa dibilang sukses, rasa penasaran dan kram di tangan terbayar. Yang pasti nggak akan kapok bikin lagi. Semangaaaat!!!

Friday, April 12, 2013

Muffin Cokelat Kismis dan Konversi Ukuran

Euforia punya oven listrik masih berlanjut, sodara-sodara. Jadi jangan bosan-bosan ya, hehe. Kali ini aku bikin muffin cokelat kismis. Resepnya dapet di Ordinary Kitchen punya Mbak Ricke. Cuma kalau versi dia, muffin vanila chocochips.

Menyesuaikan dengan bahan-bahan di dapur, jadilah versiku sendiri, muffin cokelat kismis. Itu pun beberapa bahannya ngerampok punya Indah ;p.

Bahan-bahannya simpel aja:
- 200 gr terigu protein sedang (serbaguna)
- 1 sdm baking powder
- ½ sdt baking soda (boleh pake boleh enggak, aku nggak pake)
- 125 gram gula pasir (bagusnya yang berbutir halus alias gula kastor)
- 100 gram margarin, lelehkan
- ¼ sdt esens/pasta vanila (aku pake vanili bubuk)
- 1 butir telur kocok lepas
- 150 ml susu cair
- kismis secukupnya (bisa diganti apa cokelat chips, keju, dll)



Aku bikin setengah resep, biar sekali manggang doang. Trus susunya pake susu cokelat, tepungnya aku kurangi tapi aku tambah serbuk minuman cokelat.

Cara membuatnya:
- Campur bahan kering: tepung terigu, baking powder, bubuk vanili, gula pasir.
- Di tempat terpisah, campur margarin cair, telur, dan susu. Lalu tuang ke campuran bahan kering.
- Aduk dengan ballon whisk atau spatula, nggak usah lama-lama. Sampai adonan bertekstur kek lumpur.
- Masukkan ke cetakan muffin. Aku memberdayakan apa yang ada aja. Jadi adonannya kumasukin di cetakan bolu kukus yang udah dialasi cup kertas. Trus panggang deh di oven dengan suhur 180-200 derajat celsius sampai matang.


Oya, untuk acara timbang-menimbang emang sedikit ribet soalnya nggak ada timbangan, tapi bisa teratasi kok. Sebelumnya aku udah ngeprint konversi ukuran. Misalnya 1 sdm tepung itu berapa gram, 1 cup tepung itu berapa gram, dan seterusnya.

Jadi kalau mau bikin setengah resep, ya bagi dua aja, masing-masing baha perlu berapa gram. Lalu ”nimbang”-nya pake sendok atau cup. Tentu nggak bisa presisi ya. Tapi nggak papalah. Nah kalau mau tau lebih lengkap tentang konversi ukuran dari gram ke sendok makan/cup, klik kamus dapur ini ya.

Trus gimana dengan eksperimen muffinnya? Hasilnya bener-bener di luar dugaan. Padaal mestinya muffin itu antigagal ya. Tinggal campur-campur pasti jadi. Tapi muffinku setelah 20-an menit dipanggang di suhu 200 derajat celsius kok ajaib ya? Awalnya adonan udah ngembang bagus, tapi pas dites tusuk pake lidi masih cair. Hiks. Salah di mana yaaa? Akhirnya aku tambah terus aja waktu manggangnya. Akhirnya memadat, tapi nggak bisa menggunung layaknya muffin. Datar aja gitu setinggi cetakan. Penampakan permukaannya malah kek kue karamel.

Apa karena aku pake cetakan bolu kukus ya? Tapi sebelumnya udah browsing-browsing, gak masalah pake cetakan bolu kukus dialasin cup kertas selama bolong2nya ketutup. Atau, karena aku nyampurin serbuk minuman cokelat ya? Atau adonannya terlalu cair? Sepertinya nggak juga sih. Ah puyeng.

Yang mengejutkan, tekstur kuenya empuk dan enggak padat. Beda ama muffin yang padat, ini terasa lebih ringan dan berongga. Cuma kismisnya mengendap semua di dasar cup. Pas dimakan keesokan harinya, tekturnya jadi lebih padat, tapi tetep empuk untuk ukuran muffin. Jadi walopun gagal, aku masih terhiburlah.

Tuesday, April 9, 2013

Makaroni Skutel Cemplang-Cemplung Sehat

Uji coba selanjutnya dengan oven baru adalah bikin makaroni skutel. Resepnya tentu nyari yang paling praktis, yang bahan-bahannya ada di dapur daruratku. Alhamdulillah, nemu resep di dapur Cooking with Love punya Mbak Yulyan (Eeyand). *Nyontek ya Mbak :)*

Makaroni ala Mbak Eeyand ini bener-bener praktis banget, nggak pake ribet. Bahannya cuma makaroni, susu, keju, kornet, lada bubuk, pala bubuk, ama garam. Dalam rangka menjaga pola hidup sehat, aku pake susu cair rendah lemak, trus numis kornetnya pake minyak zaitun, loh. Kejunya sih tetep pake keju biasa.

Oya, pas bikin makaroni ini ada "kecelakaan", dong. Saking cemplang-cemplungnya, aku salah ambil bumbu kari yang aku taroh di deket pala dan lada. Untung ga terlalu banyak ketuangnya. Coba kalow banyak, rasanya bisa ngalor ngidul kali ya.

Btw, kalau diliat-liat penampakan topping kejunya, ada yang ajaib nggak sih? Ya, karna nggak ada parutan,  kejunya aku cincang aja. Dan karna males juga cincangin keju, sedikit doang yang buat topping. Selebihnya aku potong kecil-kecil dicampur di makaroni. Walopun darurat dan asal cemplang cemplung, rasanya enak loh.

Sunday, April 7, 2013

Puding Roti Rendah Lemak

Hip hip hurayyyy...! Akhirnya kesampaian beli oven listrik! Oven imut Kirin KBO 190-RA kapasitas 19 liter jadi pilihan mengingat harganya ekonomis dan ukurannya nggak terlalu makan tempat di kontrakan baruku yang muat dua orang tapi nggak bisa dibilang luas :p. Aku belinya online di Toko Perabotan. Pesen jam 10-an pagi, sebelum jam 12 siang udah nyampe loh. Keren yaaa, nggak perlu capek-capek, barang datang dengan sendirinya, eh dianter kurir ding.

Langsung nggak sabar buat nyobain. Jadi, walaupun perlengkapan baking masih diungsikan di rumah kakak, semangat nyobain oven baru tetap berkobar. Mulailah aku hunting resep yang nggak ribet.

Berhubung belakangan ini lagi getol makan roti tawar gandum buat sarapan, jadi terpikir buat bikin puding roti tawar. Kan nggak perlu mikser sama loyang macem-macem tuh. Bahan-bahannya juga gampang.

So, keesokan harinya, aku belanja di Super Indo di Jalan Pos Pengumben. Seneng deh, tempat tinggalku sekarang strategis *dari dulu selalu strategis sih*. Ke kantor tinggal sekali angkot (naek sepeda juga bisa), tempat makan banyak dan enak-enak, minimarket deket, supermarket pun nggak jauh. Beli Aqua galon juga tinggal jalan beberapa langkah ke warung, dan kita nggak perlu repot nggotong sendiri. Trus, yang lebih nyenengin lagi, deket ama toko kue dan jajan pasar. Gimana nggak bahagia coba? Tapi meskipun suka, semoga nggak lama-lama di sini, ya. Pengennya segera bisa tinggal di rumah sendiri dengan dapur yang luas biar bebaaas masak dan bikin kue.


Hmm, kebiasaan deh curcol. Well, di supermarket, semua bahan (kecuali kayu manis bubuk) bisa kudapetin. Pulangnya, aku nyari kayu manis bubuk di minimarket deket rumah, nggak ada juga. Adanya kayu manis batangan *eh sebenernya kulit ya?*. Ya wes, daripada nggak ada, beli ajalah. Taunya numbuk kayu manis pake hand blender yang belinya nitip Indah di Belanda itu susah juga. Nyiprat ke mana-mana. Mangkoknya emang seadanya sih, kurang cekung. Udah ribet-ribet begitu belakangan Indah cerita kalow sebenernya dia punya kayu manis bubuk. Aiiih.
Oke semua bahan udah siap. Aku nyontek resep dari blog Simply Cooking and Baking dengan berbagai modifikasi dan takaran kira-kira soalnya belum ada timbangan. Yang dalam kurung itu versiku ya.

Bahan:
2 lembar roti tawar, potong kotak (aku pake 3 lembar roti tawar gandum)
2 butir telur
80 gr gula pasir (3 1/2 sendok makan)
240 ml susu cair (250 ml susu cair rendah lemak tinggi kalsium)
1/2 sdt kayu manis bubuk (gak sampe 1/2 sdt berubung susah ngalusin)

Taburan:
1 sdm kismis atau secukupnya
almond slice secukupnya (aku ganti gula palem)

Cara bikin:

* Aduk telur dan gula sampe gula larut (aku pake sendok doang), tuangi susu sedikit demi sedikit sambil diaduk sampe rata, kasih kayu manis bubuk, aduk.
* Atur roti tawar di loyang aluminium foil atau pinggan tahan panas. Tuang adonan susu sambil ditekan-tekan pake garpu, biarkan roti terendam.
* Taburkan kismis di atasnya. Panggang di oven 180 derajat celsius selama 38-45 menit atau sampe matang. Gula palemnya aku taburin di sekitar menit ke-25. Trus 10 menit terakhir aku pake api bawah dan atas barengan.
* Angkat, dinginkan, simpan di kulkas. Konon lebih enak disajikan dingin, tapi pas aku colek anget-anget enak juga kok hehe.

Testimoni dari para tester, pudingnya enak, nggak terlalu manis. Menurutku juga begitu. Aroma kayu manisnya samar-samar ada, padaal kalow sesuai takaran pasti lebih mantep tuh.

Pudingnyan jadi 4 loyang aluminium foil oval, dan itu udah memenuhi nampan oven imutku. Emang ovennya gak bisa buat manggang banyak-banyak. Beda jauh ama oven tangkringku dulu. Tapi kalau mau bawa oven tangkringku itu berarti nekat . Orang pas aku pamer beli oven listrik ama salah satu temen aja dia bilang, "Rumah sekecil itu, ovennya ditaruh mana?"

Tapi, walopun kecil, aku happy karna bisa baking lagi. Target selanjutnya mengangkut kembali sebagian perlengkapan baking-ku, trus beli timbangan digital. Hmm, gajian masih lama ya? :))