Muffin lagi. Muffin lagi. Muffin teruuus. Yak, ini emang masih edisi muffin. Jadi jangan bosen ya, selama belum menghasilkan muffin yang sempurna, aku belum mo berenti nyoba. Artinya juga, blog ini masih akan dipenuhi dengan cerita-cerita seputar muffin.
Nah, kalau mau jadi tester boleh daftar loh. Mo belajar bareng juga hayok. Yang punya resep muffin cihuy, boleh dong ngasih tau... hehehe.
Sebenernya udah ada dugaan kuat kenapa muffinku selama ini masih begini-begitu. Kalau nggak bantet, ya mengembang tapi permukaannya malah mengilap. Pernah juga isiannya tenggelam ke dasar cup. Dugaanku, suhu ovenku kurang panas. Walopun udah diset di angka 200 derajat celsius, misalnya, kemungkinan besar suhu sebenernya kurang dari itu.
Demi ngebuktiin kecurigaan itu, kemaren aku beli termometer oven di Ace Hardware. Dan hari ini nggak sabar pengen nyobain, dong. Tadinya cuma dipasang di oven kosongan doang. Tapi trus gatel pengen bikin muffin. Soalnya paper cup yang aku beli di Titan itu belum pernah dipake juga. Browsing-browsing resep dengan kata kunci "best basic muffin recipe", keluarlah resep dasar muffin yang diklaim "best ever" di Allrecipes.com, di sini nih resepnya. Takarannya pake cup pula, jadi simpel deh. Kalau mau bikin setengah resep, tinggal ubah aja di kolom serving. Ntar keluar takaran untuk setengah resep. Jadi kita nggak usah sibuk ngitung lagi. Eh tapi aku taunya soal ini telat sih.
Mumpung lagi rajin, ini aku salinin resepnya:
Bahan:
2 cup tepung terigu serbaguna
3 sdt
baking powder
1/2 sdt garam
3/4 cup gula pasir
1 telur
1 cup susu
1/4 cup minyak sayur
Cara membuat:
- Panaskan oven 10-15 menit dengan suhu 205 derajat celsius (aku panasinnya sekitar 20 menit).
- Campur tepung terigu, baking powder, garam, dan gula pasir. Buat lubang di tengah.
- Di wadah terpisah, campur susu, minyak, dan telur yang dikocok lepas.
- Masukkan bahan cair ke bahan kering sekaligus. Aduk dengan spatula asal tercampur.
- Untuk variasi bisa ditambahkan apa aja, choco chips, kismis, stroberi, dan laen-laen sesuai selera.
- Tuang di loyang muffin atau cup kertas (aku pake cup kertas).
Karena pake cup kertas jumbo, setengah resep cuma jadi 3 cup doang. Oke muffin siap dioven. Ngecek oven, setelah dipanasin sekitar 20 menit, ternyata suhu 200 derajat di oven hanya setara dengan 140 derajat di termometer. Alamak, kok jauh bener ya. Akhirnya nggak percaya dua-duanya. Jadi diset 220 derajat dengan asumsi ngawur itu setara dengan 180 derajat.
Setelah 20 menit dioven, adonan belum juga naek signifikan. Hmm, sepertinya ini akibat panas yang kurang dan cup yang terlalu besar. Saatnya menggunakan ajian pamungkas: api atas dan bawah dinyalain sekaligus. Suhu juga aku maksimalin ke angka 250 derajat, yang entah itu setara berapa. Setelah 10 menitan, mulai naik tuh adonan muffinnya. Mungkin karena terlalu panas, menggunungnya rada asal-asalan. Agak miring gitu deh. Retaknya juga kurang cantik dan bikin choco chips agak mbleber. Sampe-sampe pas aku posting foto di FB, temenku ada yang komen, "kok kulitnya mengelupas?".
Huaaa, belum sempurna lagi. Kalau di foto tampak baik-baik, ya itu berarti aku sukses menyembunyikan bagian-bagian yang nggak simetris demi foto yang agak enak dipandang. Hehee.
Tapi di luar penampakannya yang masih kategori not so bad, alih-alih best ever, tester setiaku bilang, muffinnya enak. Rasanya pas, nggak terlalu manis. Teksturnya bagus juga. Padat tapi tetep empuk. Sejauh ini, menurut dia, ini yang terbaik. Wah jadi terharu dan makin semangat buat bikin yang lebih sempurna :) Mulai sekarang, nggak usah terlalu percaya sama angka yang tertera di termometer oven dan di ovennya. Pake ilmu kira-kira aja deh... Hyuuuk.
No comments:
Post a Comment