Wednesday, May 15, 2013

Muffin Cokelat Keju Yuhuuu...

Selalu ada berkah di balik usaha tak kenal lelah. Haiyah, apaan sih ini sok serius banget. Tapi beneran serius, kalau kemaren aku bikin muffin dengan hasil not so bad, kali ini bikin lagi dengan resep berbeda, hasilnya much more better loh. Bisa dibilang ini the best i've ever made. Senangnya akuuu.

Hari Senin, berubung dapet libur yang nggak disangka-sangka tapi lagi nggak mood ke mana-mana, jadi ya di rumah aja. Tapi bukan cuma glundang-glundung di kasur loh. Aku cukup produktif kok. Pagi-pagi udah sibuk pemotretan buat lomba foto lucu-lucuan tentang behind the scene dapur masing-masing, yang diadain sama program masak-memasak Urban Cook di KompasTV. Yang kusebut dapur di sini dapur abal-abal sih, karena tempatnya bukan di dapur. Sebenernya ada sih dapur kecil, tapi cuma cukup buat kompor dan perlengkapan ala kadarnya. Nggak bisa naruh-naruh oven dan aksesori baking di sana.

Jadi, aku punya "dapur" khusus untuk baking. Tempatnya di sudut ruang tamu yang sudah beralih fungsi jadi ruang serbaguna. Hahaha, penasaran kan? Udah ah nggak usah dibahas. Yang jelas, walaupun tempatnya agak ajaib, yang penting aku bisa berkarya menyalurkan hobi. Soalnya hidup tanpa hobi itu ngeri loh. Bisa bikin kita cepet setres, cepet tua. Serem kaaaan. Kalau punya hobi kan hidup jadi terasa lebih hidup.*Ngomyang dewe*

Kelar pemotretan, sibuk ngedit foto dan upload ke FB dan Twitter. Abis itu, berkreasi lagi dong. Bikin muffin buat lomba foto di Masak Apa Detikfood (yang belum nge-like, ayo dong buka link-nya dan like foto muffinku hehehe, biar aku menang). Resepnya diambil dari situ juga. Nah biar gampang dan masih tematis soal muffin, aku pilih muffin cokelat keju. Resep dan video cara bikinnya klik di sini ya.

Hasilnya memuaskan banget! Muffinnya bisa mengembang cantik dan presisi, enggak miring separuh kek sebelumnya. Teksturnya bagus, padat tapi agak beremah, tapi nggak kering juga. Sepertinya bakal lebih enak kalow adonannya ditambah cacahan dark cooking chocolate atau meises biar lebih nyoklat, trus kejunya pake keju quick melt yang diparut biar lebih merata rasa kejunya. Tunggu edisi modifikasinya yaaaa :)

Monday, May 13, 2013

Basic Muffin: Not the Best, but Not So Bad

Muffin lagi. Muffin lagi. Muffin teruuus. Yak, ini emang masih edisi muffin. Jadi jangan bosen ya, selama belum menghasilkan muffin yang sempurna, aku belum mo berenti nyoba. Artinya juga, blog ini masih akan dipenuhi dengan cerita-cerita seputar muffin.

Nah, kalau mau jadi tester boleh daftar loh. Mo belajar bareng juga hayok. Yang punya resep muffin cihuy, boleh dong ngasih tau... hehehe.

Sebenernya udah ada dugaan kuat kenapa muffinku selama ini masih begini-begitu. Kalau nggak bantet, ya mengembang tapi permukaannya malah mengilap. Pernah juga isiannya tenggelam ke dasar cup. Dugaanku, suhu ovenku kurang panas. Walopun udah diset di angka 200 derajat celsius, misalnya, kemungkinan besar suhu sebenernya kurang dari itu.

Demi ngebuktiin kecurigaan itu, kemaren aku beli termometer oven di Ace Hardware. Dan hari ini nggak sabar pengen nyobain, dong. Tadinya cuma dipasang di oven kosongan doang. Tapi trus gatel pengen bikin muffin. Soalnya paper cup yang aku beli di Titan itu belum pernah dipake juga. Browsing-browsing resep dengan kata kunci "best basic muffin recipe", keluarlah resep dasar muffin yang diklaim "best ever" di Allrecipes.com, di sini nih resepnya. Takarannya pake cup pula, jadi simpel deh. Kalau mau bikin setengah resep, tinggal ubah aja di kolom serving. Ntar keluar takaran untuk setengah resep. Jadi kita nggak usah sibuk ngitung lagi. Eh tapi aku taunya soal ini telat sih.

Mumpung lagi rajin, ini aku salinin resepnya:

Bahan:
2 cup
tepung terigu serbaguna
3 sdt
baking powder
1/2 sdt garam

3/4 cup
gula pasir
1
telur
1 cup
susu
1/4 cup
minyak sayur

Cara membuat:
- Panaskan oven 10-15 menit dengan suhu 205 derajat celsius (aku panasinnya sekitar 20 menit).
- Campur tepung terigu, baking powder, garam, dan gula pasir. Buat lubang di tengah.
- Di wadah terpisah, campur susu, minyak, dan telur yang dikocok lepas.
- Masukkan bahan cair ke bahan kering sekaligus. Aduk dengan spatula asal tercampur.
- Untuk variasi bisa ditambahkan apa aja, choco chips, kismis, stroberi, dan laen-laen sesuai selera.
- Tuang di loyang muffin atau cup kertas (aku pake cup kertas).

Karena pake cup kertas jumbo, setengah resep cuma jadi 3 cup doang. Oke muffin siap dioven. Ngecek oven, setelah dipanasin sekitar 20 menit, ternyata suhu 200 derajat di oven hanya setara dengan 140 derajat di termometer. Alamak, kok jauh bener ya. Akhirnya nggak percaya dua-duanya. Jadi diset 220 derajat dengan asumsi ngawur itu setara dengan 180 derajat.

Setelah 20 menit dioven, adonan belum juga naek signifikan. Hmm, sepertinya ini akibat panas yang kurang dan cup yang terlalu besar. Saatnya menggunakan ajian pamungkas: api atas dan bawah dinyalain sekaligus. Suhu juga aku maksimalin ke angka 250 derajat, yang entah itu setara berapa. Setelah 10 menitan, mulai naik tuh adonan muffinnya. Mungkin karena terlalu panas, menggunungnya rada asal-asalan. Agak miring gitu deh. Retaknya juga kurang cantik dan bikin choco chips agak mbleber. Sampe-sampe pas aku posting foto di FB, temenku ada yang komen, "kok kulitnya mengelupas?".

Huaaa, belum sempurna lagi. Kalau di foto tampak baik-baik, ya itu berarti aku sukses menyembunyikan bagian-bagian yang nggak simetris demi foto yang agak enak dipandang. Hehee.

Tapi di luar penampakannya yang masih kategori not so bad, alih-alih best ever, tester setiaku bilang, muffinnya enak. Rasanya pas, nggak terlalu manis. Teksturnya bagus juga. Padat tapi tetep empuk. Sejauh ini, menurut dia, ini yang terbaik. Wah jadi terharu dan makin semangat buat bikin yang lebih sempurna :) Mulai sekarang, nggak usah terlalu percaya sama angka yang tertera di termometer oven dan di ovennya. Pake ilmu kira-kira aja deh... Hyuuuk.

Tuesday, May 7, 2013

Choco Chip & Almond Blondies: Nyaris Gagal tapi Berhasil

Blondies. Resep ini udah aku liat di majalah Femina edisi beberapa bulan lalu, tapi kemaren muncul di websitenya. Blondies itu apa sih? Apanya brownies? Di majalah Femina disebutin, blondies itu "temen deket" brownies. Yang membedakan, blondies pakai brown sugar. Brown sugar itu gula pasir yang dibubuhi molases (sisa pemurnian gula). Warna brown sugar juga kecoklatan, tapi nggak secoklat palm sugar (gula palem). Nah, warna coklat di blondies itu didapet dari si brown sugar itu, bukan dari cokelat. Kalaupun ada resep blondies pake cokelat, yang dipake cokelat putih.

Dibaca-baca lagi resepnya. Yuhuuu, bahan-bahannya ada semua di rumah. Kebetulan abis beli loyang brownies, spatula silikon, sendok ukur, dan kuas silikon baru. Cocok deh. Nyobain resep baru sekaligus nganyari pernik-pernik baru :))

Satu resep bisa jadi satu loyang brownies ukuran 30 cm x 10 cm. Aku cek loyangku, masing-masing ukuran 15 cm x 10 cm. Dua loyang bisa masuk di otrik imutku. Oke, jadi bisa bikin satu resep sekaligus. Satu loyang buat di rumah, satu lagi buat sahabat yang mau aku kunjungi besok.

Bahan basah:
    250 g brown sugar (aku pakai gula palem, tinggal punya sekitar 220 g)
    100 g mentega tawar, lelehkan (aku pakai margarin Blue Band Cake & Cookie)
    2 butir telur ayam, kocok lepas
    1 sdt vanili bubuk

Bahan kering:
 
   200 g tepung terigu serbaguna
    ½ sdt baking powder
    ½ sdt garam

Taburan:
 
   100 g cokelat keping/chocolate chip (gak ditimbang)
    50 g almond keping (gak ditimbang juga)

Cara Membuat:
Bahan basah: Campur semua bahan menggunakan whisk hingga rata. Sisihkan. Jangan aduk terlalu sering atau menggunakan mikser.
Bahan kering: Campur semua bahan kering hingga rata. Masukkan ke dalam bahan basah sambil diaduk perlahan hingga rata.
Masukkan cokelat keping dan almond, aduk lipat menggunakan spatula silikon. Tuang ke dalam loyang persegi panjang ukuran 30 cm x 10 cm yang sudah diolesi mentega dan ditaburi tepung (aku pakai kertas roti yang diolesi margarin). Ratakan.
Panggang dalam oven panas bersuhu 180 derajat celsius hingga matang (± 30 menit), keluarkan. Setelah tidak panas, potong-potong. Sajikan.

Dalam setiap episode baking-ku pasti ada cerita (baca: tragedi) tersendiri. Kali ini juga begitu. Pertama, kakiku sempet nyenggol mangkok bahan kering yang udah kuayak. Untung yang tumpah cuma sedikit. Jadi aku tambahin aja terigu satu sendok.

Yang kedua lagi-lagi soal oven. Di resep disebutin kue dio

Sempet agak panik tuh, mana udah bikin satu resep. Tapi aku inget kata-kata seorang temen di FB, walaupun ada tanda-tanda kue bakal gagal, kita nggak boleh panik. Tanpa pikir panjang, suhu aku naikin di angka 220 derajat celsius, dan aku setting api bawah ama atas sekaligus.

Setelah ditunggu beberapa menit, taraaaa, kuenya naek! Legaaaa, banget. Setidaknya kuenya ntar bisa dimakan, hahaha. Setelah ditunggu lebih lama lagi, mulai muncul lapisan mengilap kek di brownis Primarasa Bandung. Wuuuiih, tambah seneng. Pas dites tusuk pake lidi, lidi bersih. Artinya kue udah mateng. Yeeeeeiiiy, horeee, kuenya mateng. Kalow diitung-itung sih waktu manggang yang diperlukan jadi hampir dua kali lipat. Efeknya paling tagihan listrik sedikit melonjak. Tapi tak apalah, insya Allah masih bisa bayar. Apalah itu dibandingkan dengan kelegaan hati ngeliat kue yang hampir gagal akhirnya mateng dengan sukses :) Hehehe.

Tadi nowel sedikit pas kue masih agak anget. Permukaannya bagus, rata, kering mengilap, dengan sedikit retakan khas brownies. Dalemnya agak basah, kalow digigit sedikit chewy/kenyal (tapi bukan kenyal permen karet loh ya). Menurutku dengan gula yang nggak nyampe 250 gram, itu udah kemanisan. Jadi laen kali kalow bikin lagi mesti dikurangi takaran gulanya. P
as udah bener-bener dingin teksturnya emang kek brownies panggang yang permukaannya garing tapi dalemnya masih sedikit basah. Karena manis, sebaiknya dipasangin ama teh tawar ajah.

Oiya, aku sempet nge-tweet foto blondies ini ke Twitter Femina, dan dibales loh... hehehe.

Monday, May 6, 2013

Bersenang-senang di Titan, Bokek Kemudian

Huaaaa, akhirnya hari Sabtu datang juga. Bulan lalu, rasanya libur hari Sabtu atau Minggu itu jadi barang langka. Jadi begitu dapet libur Sabtu perasaanku campur aduk, seneng plus bingung. Hahaahaa. Sebenernya agenda awalnya janjian mau nengok teman di RSCM, tapi ternyata dia udah boleh pulang. Alhamdulillah.

Oke, harus cari alternatif. Aku trus SMS seorang teman ngajakin pergi ke mana ngapain bersama. Tapi dianya berhalangan juga. Ya wes, planning C-nya adalah beberes rumah (ngepel dan nyuci) Iiihh, nggak elite banget ya *putusasa.com*. Udah susah-susah dapet libur normal, tetep wae nggak bisa ketemu orang normal. Kasian.

Lewat tengah hari, selese ngepel di mana sempet ada insiden aku ketiban kasur, mulai mikir lagi sebaiknya pergi ke mana. Sayang kan libur nggak ke mana-mana. Lalu dapet ide: pergi ke Titan! Buat yang belom tau, Titan itu salah satu toko perlengkapan kue idaman para pencinta baking di Jakarta. Konsepnya swalayan segala ada. Sekalinya masuk ke toko itu, keluarnya pasti nenteng macem-macem, hehe. Tokonya lumayan jauh dari rumah. Perlu komitmen yang kuat deh untuk mengarungi (hadoh, bahasanya) rute yang padet dan macet itu.

Dari rumah di kawasan Pos Pengumben sampe Fatmawati sebenernya cuma perlu dua kali naek metromini. Pertama kali naek metromini nomer 70 Joglo-Blok M. Turun terminal Blok M dan lanjut naek metromini S610 Blok M-Pondok Labu. Tapi dengan bonus jalanan macet, ngelewatin sekian lampu merah, plus ngetem-ngetem jadinya ya lumayan deh.

Tapi naek metromini itu seru. Selain sopirnya yang terkenal ugal-ugalan, serobot sana-sini, banyak hiburannya juga. Mulai dari tukang ngamen, pedagang minuman dingin, pedagang tisu, sampe pedagang aneka aksesori rambut seharga 1.000-an. Pengamennya pun macem-macem. Ada pengamen galau yang di "pidato" pembukaannya izin ngamen buat makan, tapi di lirik lagunya dia bilang ngamen bukan buat minta makan, melainkan sekadar berdendang. Ada juga mbak-mbak yang nyanyi lagu Jawa dengan suara ala kadarnya. Ada lagi dua mas-mas, yang satu "drummer", satu lagi gitaris sekaligus vokal. Keren loh nyanyinya. Yang ini niat, nyanyinya satu lagu full, "Menjaga Hati"-nya Yovie and Nuno. Trus ada pengamen anak-anak yang pake berantem dulu soal siapa yang duluwan ngamen.


Singkat cerita (eh sebenernya panjang, hampir 1 jam perjalanan), sampailah di Toko Titan. Nggak kayak kunjungan pertama yang pake nyasar tralala, kali ini aku langsung berenti tepat di seberangnya. Begitu masuk, ada yang beda. Tempatnya lebih terang, bersih, dan tertata. Mereka berbenah rupanya. Tujuan utamaku nyari cup kertas warna-warni buat bikin muffin atau cup cake, jadi yang pertama kutuju ya bagian itu. Lucu-lucuuuu banget. Sayangnya yang dikemas kecil-kecil nggak banyak pilihan motif. Mau beli yang kemasan isi banyak sekalian, entar bosan motifnya itu lagi itu lagi. Setelah pilih sana-sini, dapetlah beberapa motif.

Lalu ngeliat-liat loyang. Kebetulan ada temen nitip loyang bulat bongkar pasang, tapi lagi kosong. Titipan nggak ada lha kok malah aku yang pengen. Hihi. Aku beli loyang brownies, loaf, dan loyang datar. Semuanya dalam ukuran yang imut, mengingat ovenku mungil.

Selesei di bagian loyang, pindah ke bahan-bahan kue. Di sini sukses menuhi keranjang belanjaan dengan tepung komachi buat bikin roti ala Bread Talk/donat JCo, choco chips, almon iris, almon bubuk, bubuk teh hijau (biar tetangga nggak penasaran lagi), jahe bubuk, sana poppy seeds juga *mulai di luar kendali* :)) 

Petualangan masih berlanjut, ngelongok ke bagian pernik-pernik macam spatula dan kuas. Nyomot spatula warna pink, kuas imut warna biru, dan sendok ukur warna-warni. Oh iya, sama parutan keju mini. Trus liat  kertas roti, ngambil juga. Aiiih, kok banyaaakkkk? *panik*

Dari situ bergeser sedikit ke aneka perlengkapan merek Wilton dan merek-merek laen. Lucu-lucu, bagus-bagus, beruntung harganya mahal jadi nggak beli :p Ngeliat macem-macem hiasan cake, mulai dari sprinkle aneka warna, bunga-bunga jadi berbagai ukuran, sampai tulisan "Happy Birthday", sempet pengen juga tapi sepertinya nggak perlu-perlu amat. 

Sekitar jam 6, barengan ama azan maghrib, aku sudahi acara belanja-belanji. Keranjang belanja aku titipin dulu di kasir, trus numpang shalat di lantai 2. Lumayan banget ada tempat shalatnya, walopun mukenanya kurang bersih. Jadi, kalau berencana ke Titan dan bakal melewati waktu shalat, mending bawa mukena sendiri.

Abis shalat aku cepet-cepet ke meja kasir tanpa tolah-toleh lagi, takut ngambilin ini-itu. Saatnya membayar! Daaan, yaaak... jumlahnya membuat jatah belanja bulan ini merosot drastis mendekati ambang batas. Tapi selalu ada alasan dan pembelaan. Deket rumah nggak ada TBK yang lengkap. Kalo pas pengen baking bahan-bahannya nggak lengkap, kan bete. Dah gitu loyang-loyang dan perlengkapan laen berguna buat pemakaian jangka panjang. Itung-itung investasi kalo ntar punya rumah sendiri :) 

Jadi begitulah petualanganku di Titan. Sekarang aku bokek, tapi senang punya "tabungan" bahan dan perlengkapan bikin kue, hehe. Ayo sapa mau bikin kue bareng?

Penampakan toko dan produknya, buka situs web Titan Baking, kemaren nggak bisa foto-foto soalnya nggak bawa kartu memori. Buat yang males ke sana, bisa pesen online loh. Kalau pengen belanja langsung atau ikutan kursus, aku tulisin alamatnya di bawah ini.

Titan Baking

Jl. RS Fatmawati no 22A
Cilandak Barat
Jakarta Selatan 12430
Telp: +6221-7692329
Faks: +6221-7668137

Friday, May 3, 2013

Muffin Cokelat Kismis Almond: Mulai Bersahabat dengan Otrik

Masih dengan peralatan seadanya, salah satu resep yang bisa sering-sering dijajal tentu saja muffin. Setelah muffin kismis yang gagal beberapa waktu lalu, aku bikin lagi muffin dengan resep dari Dapur Hangus. Perasaan udah ngikutin takaran dan caranya, tapi hasilnya jauuuuuh beda. Kalau muffin Dapur Hangus bisa menggunung dan retak-retak di bagian atasnya, muffinku mogok ngembang. Jadi tingginya ya segitu-gitu aja, boro-boro menuhin aluminium foil (maksa nih, karena nggak ada paper cup dan loyang muffin).

Hasil akhirnya malah mirip kue lumpur. Bedanya, tekstur kue lumpur kan lembut tuh, kalow muffin gagalku itu keras bantat gitu deh. Walaupun secara rasa enggak ada yang ajaib alias normal-normal sajah. Bayangkan aja ya, soalnya aku maluuuu mo majang di sini. Saking malunya, sampe nggak mau motret juga.

Berhubung penasaran plus kesel masak bikin muffin aja gagal, padaal dulu pake oven tangkring pernah sukses bikin muffin tape, aku bertekad nyoba lagi sambil browsing-browsing tips membuat muffin yang baek dan benar. Sebenernya tipsnya di mana-mana hampir sama. Intinya, muffin itu kan mencampur bahan-bahan kering dengan bahan-bahan basah. Ngaduknya enggak usah pake mikser, pake sendok atau spatula aja. Mengaduknya pun sekadarnya, asal tercampur.

Berbekal tips n trick tadi, plus resep muffin dari Sexy Chef (bukan Farah Quinn ya) yang bentuknya lucu kek jamur dengan retakan-retakan di atasnya, di suatu pagi di mana aku kelebihan energi, aku pun membuat muffin lagi. Bahan-bahannya aku sesuaiin ama yang ada di rumah.

Daaaaan, inilah hasilnyaaaaa...! Berhasil dooong. Meskipun menggunung dan meretaknya kurang maksimal akibat kurang penuh ngisi cetakannya, setidaknya muffinku mengembang dengan baik. Tekturnya juga khas muffin, padat tapi nggak bantat. Manisnya juga pas. Enak deh pokoknya.

Berikut resep aslinya:

Bahan:


Bahan kering
▪ 220 gr tepung terigu protein sedang
▪ 40 gr cokelat bubuk
▪ 1 sdm baking powder
▪ 200 gr gula pasir halus
▪ 1 sdt garam

Bahan basah
▪ 2 telur
▪ 120 gr susu
▪ 60 gr minyak sayur

Isi
▪ 100 gr kacang mede cincang/kacang tanah
▪ 40 gr havermut
▪ 100 gr kismis


Aku bikin setengah resep aja dengan takaran cup dan sendok makan. Versiku jadi begini:


Bahan kering
▪ 3/4 cup tepung terigu protein sedang (dikurangi sedikit)
▪ 3 sdm cokelat bubuk
▪ 1/2 sdm baking powder
▪ 5 sdm gula pasir halus
▪ 1/2 sdt garam

Bahan basah
▪ 1 telur
▪ 60 ml susu
▪ 2 sdm minyak sayur

Isi
▪ almond dicincang kasar
▪ kismis

Cara Membuat:

■ Ayak bahan kering tepung: baking powder, gula pasir halus, garam. Sisihkan.
■ Di tempat lain, campur bahan basah: telur, susu, minyak.
■ Tuang campuran telur dan kawan-kawan ke campuran tepung, lalu aduk rata.
■ Aduk hingga campuran tadi tercampur rata.
■ Masukkan bahan isi, aduk lagi hingga tercampur rata.
■ Tuang adonan ke cetakan muffin yang sudah dioles mentega dan ditaburi tepung (aku pake aluminium foil bulat kecil yang biasa buat klappertart).
■ Oven selama 20-25 menit.

Karena aku masih dalam rangka pengenalan diri dengan oven listrik (otrik)-ku, aku coba dengan suhu 220 derajat celsius karena pas percobaan muffin terakhir udah aku set panas 200 derajat celsius tapi nggak ngembang juga. Takutnya karena kurang panas.

Panas 220 derajat celsius untuk muffin kali ini sepertinya pas. Tapi waktu manggangnya lebih lama, 35 menitan. Itu pun masih aku tambah dengan sekitar 10 menit nyalain api atas tapi pakai suhu 160 derajat celsius biar permukaan lebih kering. Yippie, nggak kesel lagi:)